Hafidz Cilik yang Buta, "Ketika shalat, saya tidak memohon kepada Allah untuk dapat melihat kembali.”

"Saya teringat banyak diantara kaum muslimin yang bermalas–malasan untuk menghapal Al Quran." “Ya Allah.. apakah hujjah mereka nanti di hadapan Allah saat hari pembalasan?”
-Sheikh Fahad Al Kanderi-


Assalammualaiykum warahmatullaahi wabarakaatuh Sahabat Tasqut yang Insya ALLAH senantiasa dirahmati ALLAH SWT. Bagaimana interaksimu dengan Quran selepas bulan Ramadhan?
Semoga senantiasa istiqomah, dan menjadikan interaksi dengan Quran sebagai wirid harian hingga ajal menjemput.

Video silaturrahim Sheikh Fahad Al Kander dengan Hafidz cilik yang buta dapat dijadikan Ibroh bagi kita semua agar tidak bermalas – malasan untuk menghapal Al Quran, dijadikan teladan dan motivasi penyemangat untuk meningkatkan interaksi dengan Al Quran.


Perjalanan Sheikh Fahad Al Kander ke provinsi Syarqiyyah di Jazirah Sa’adah terbayar sudah ketika beliau dapat mengambil ibroh dari pertemuannya dengan Mu’adz
Dalam wawancaranya dengan Hafidz Cilik Buta, Mu’adz,  Sheikh Fahad Al Kanderi menyampaikan “Saya menemui seorang pemuda, Mu’adz yang berasal dari Saudi Arabia.  Dia telah kehilangan penglihatannya sejak berumur empat tahun. Setelah itu orangtuanya mengarahkannya untuk menghapal Quran hingga tamat. “Saya belajar dari Mu’adz, bahwa setiap orang yang bersungguh sungguh pasti akan berhasil.” tambahnya.

Yuk, kita saksikan video penuh hikmah ini :





Berikut petikan wawancara Sheikh Fahad AL Kanderi dengan Hafidz Cilik Buta, Mu’adz dari video diatas :

Bagaimana kabar anda, Mu’adz?
Alhamdulillah


Mu’adz, coba ceritakan mengenai kisah anda bersama Quran. Anda memulainya semenjak umur enam tahun. Bagaimana awal mula ceritanya?
Demi Allah, aku memulainya dengan perjalanan yang sangat berat. Akan tetapi saya tahu bahwa pada akhirnya akan menjadi menyenangkan dan dihari akhir, Insya Allah akan menjadi syafaat bagi saya. Karena itu ayah dan ibu saya mendidik saya dengan penuh kesabaran. Dan saya juga mencoba bersabar menghadapi setiap kesulitan


Ibu ayah Mu’adz dalam wawancara yang terpisah menceritakan, “ Saya sama sekali tidak membiarkannya bersantai walau dirinya begitu lelah. Dia berangkat ke sekolah di pagi hari, kemudian sepulangnya langsung mengikuti pelajaran Al Quran.
Mu’adz berkata : “ Ibu , saya lelah!”
Ibunya menasehati “ Mulailah dengan Al Quran, Insya Allah rasa lelah akan hilang.”
Ayah Mu’adz menyampaikan, “Kami menemui Syaikh Jamal S’aid Dhib di kota Zagazig. Dan jarak perjalanan antara  10 hingga 12 km.”


Katanya anda berangkat menemui Syaikh dengan sepeda motor bersama ayah anda
Iya.


Kemanakah anda pergi dengan sepeda motor itu?
Kami pergi menuju provinsi Syarqiyyah ke tempat bernama Garrage Otobiz.  Perjalanannya kurang lebih empat puluh lima menit.

Apakah benar, apabila anda salah dalam murajaah Al Quran, jika anda melakukan kesalahan  anda akan disuruh mengulang kembali?”
Ketika  anda pergi menemui  guru anda. Layak untuk disampaikan  bahwa Mu’adz melakukan perjalanan dengan waktu yang cukup lama untuk menemui gurunya, rumah beliau bukanlan di sebelah rumahnya dan tidak pula sang guru yang mendatanginya . Dia pergi dengan jarak yang jauh untuk bisa menemui gurunya.
Bayangkan, saya biasanya melakukan perjalanan ke syekh saya sementara saya sedang menghafal quran.
Tebak berapa lama? Hanya 3 hari
Saya harus berusaha keras untuk dua hari pertama. Untuk membujuk beliau agar memberikan setidaknya 6 hari untuk belajar. Syeikh sangan ketat dengan waktunya. Terkadang ketika saya menemuinya,  beliau hanya mengajarkan  kepada saya hanya satu ayat untuk dihafalkan.


Hanya satu ayat?!, Perjalanan sepanjang itu hanya dihargai dengan satu ayat?
Beliau biasaya seperti itu. Aku bahkan tak sempat sama sekali untuk bermain.


Tapi katanya anda terkadang menajadi  perusuh? ahahaha
Alhamdulillah, Dia telah memberikanku nikmat dengan mengambil penglilhatanku.
Subhanallah, Alhamdulillah!
Ketika shalat, saya tidak berdoa agar Allah memberikan kemampuan saya untuk dapat melihat kembali.


Anda tidak mau Allah mengembalikan penglihatan anda? Mengapa?
Sehingga mungkin Allah akan meringankan hisabku di hari pembalasan dan Dia mengurangi adzabku dengan alasan ini.(Sheikh Fahad AL Kanderi Menangis mendengar perkataan Mu’adz).
Kelak aku akan berdiri di hadapan-Nya dalam keadaan bergetar dan ketakutanLalu Dia bertanya kepadaku, “Apa yang telah kamu lakukan dengan Al Quran?”
Sehingga Allah akan mempermudahku dan memberikan rahmat-Nya bagi siapapun yang Allah kehendaki. Allah telah memberikan nikmat Al Quran kepadaku dan alhamdulillah apabila saya ingin pergi kemanapun bila saya mau, saya bisa pergi seorang diri, akan tetapi ayahku mencemaskanku.


Saya teringat banyak diantara kaum muslimin yang bermalas – malasan untuk menghapal Al Quran. “Ya Allah.. apakah hujjah mereka nanti di hadapan Allah saat hari kiamat?”
Alhamdulillah ‘ala kulli hal


Masya Allah  Mu’adz.
Saya tahu anda memiliki satu kalimat dari Ibnul Qoyyim. Apakah isi kalimat itu?
 “Ibnul Qayyim berkata, “Tidaklah Allah menutup satu pintu kebaikan bagi seorang hamba, kecuali Allah akan bukakan pintu lain untuk rahmat-Nya”


Apakah anda tidak merasa malu di hadapan teman – teman karena tak  bisa melihat?
Tidak pernah. Hanya ketika saya kecil dulu, saya pernah merasa sedih karenanya, saya tak akan berbohong kepada anda. Akan tetapi sekarang tak ada lagi rasa marah dalam diri saya. Ini adalah takdir dan ketentuan Allah.


Ya, Nabi SAW juga bersabda, “Barang siapa yang Allah uji dengan dicabut dua penglihatannya kemudian dia bersabar, maka Allah akan menggantinya dengan Surga.”
Kita meminta Allah untuk membuat kita antara penghuni tingkat tertinggi surga, Al Firdaus.

Allahumma Aamiin



- Tuntas Terjemah Quran-

(ND)