Keutamaan Surat Al-Fatihah


Al-Fatihah adalah surat yang diturunkan di Mekah (Makiyah) yang terdiri dari 7 ayat. Surat Al- Fatihah merupakan pembukaan dari kitab suci Al-Qur’an yang sering disebut Ummul Kitab/ Ummul Qur’an. Begitu pentingya Surat Al-Fatihah, sehingga tidak sah sholat seseorang tanpa membaca surat Al-Fatihah. Surat Al-Fatihah merupakan salah satu surat di dalam Al-Qur’an yang memiliki keistimewaan.

Diriwayatkan oleh Bukhari, no. 4474 dari Abu Said bin Al-Mualla, "Sesungguhnya Rasulullah sallallahu’alaihi wa sallam bersabda kepadanya, "Aku akan ajarkan kepadamu suatu surat yang paling utama dalam Al-Qur’an sebelum engkau keluar dari masjid." Kemudian beliau memegang tanganku. Ketika ingin keluar (masjid) saya katakan kepada beliau, “Tidakkah engkau mengatakan kepada saya akan mengajarkan kepadaku surat yang paling agung dalam Al-Qur’an?" Beliau menjawab, “Al-Hamdulillahi rabbil’alamin (Al-Fatihah), dia adalah As-Sab’ul Matsani (tujuh ayat yang diulang-ulang) dan Al-Qur’anul Azim yang diberikannya.

Dikutip dari tafsir As-Sofi, Jilid I hal. 75, menerangkan bagaimana Allah menjawab setiap ayat Al-Fatihah yang dibacakan seorang hamba :

Diriwayatkan dari Amirul Mukminin 'Ali bin Abi Thalib k.w. , "Aku telah mendengar Rasulullah Muhammad saw bersabda: "Allah telah membagi Surat Al Fatihah di antara-Ku dan Hamba-Ku, sebagian Surat itu untuk-Ku dan sebagian yang lain untuk hamba-Ku. Dan bagi hamba-Ku (Aku mengabulkan) segala yang dia minta.” 


 
“BismillaaHirrohmaanirrohiim” (Dengan Menyebut Nama Alloh Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang). "Allah menjawab": "Hamba-Ku memulai menyebut dengan asma-Ku dan wajib atas-Ku untuk menyempurnakan urusan-urusannya dan memberkahi keadaannya".

“Al-hamdulillaaHi robbil 'aalamiin” (Segala puji bagi Alloh, Tuhan semesta alam), "Allah menjawab": "Hamba-Ku memuji-Ku dan ia sudah mengetahui bahwa nikmat-nikmat yang berada pada dirinya berasal dari-Ku dan semua petaka yang aku hindarkan daripadanya itu juga berasal dari-Ku. Maka atas limpahan rahmat-Ku, Aku bersaksi pada kalian akan melipat gandakan padanya nikmat-nikmat dunia dan nikmat-nikmat akhirat serta menghindarkan dirinya dari petaka akhirat sebagaimana aku menghindarkan daripadanya petaka dunia". 

“Ar-rohmaanir-rohiim” (Maha Pengasih lagi Maha Penyayang), "Allah menjawab": "Hamba-Ku bersaksi kepada-Ku bahwa Aku Dzat Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang dan Aku bersaksi pada kalian, Aku akan menyempurnakan nikmat-Ku menjadi miliknya, dan Aku akan menganugerahkan pemberian-Ku sebagai kesempurnaannya". 

“Maaliki yaumid-diin” (Yang Menguasai Hari Pembalasan), "Allah menjawab": "Aku bersaksi pada kalian sebagaimana ia mengetahui bahwa Aku sebagai Penguasa Hari Kemudian, maka Aku memudahkan kelak di Hari Kiamat atas hisabnya dan Aku mengabulkan seluruh kebajikan-kebajikannya dan Aku memaafkan seluruh perbuatan salahnya selama ia beribadah kepada-Ku". 

“Iyyaa kana' budu wa iyyaa kanasta 'iin” (Hanya Engkau-lah yang kami sembah). "Allah menjawab": "Benar Hamba-Ku, hanya kepada-Ku ia menyembah, Aku bersaksi pada kalian sungguh Aku akan memberi pahala atas ibadahnya dengan suatu pahala yang dapat menutupi seluruh amal perbuatan salahnya dalam beribadah kepada-Ku". 

“IHdinash-shiroothol-mustaqiim” (Dan hanya kepada Engkau-lah kami mohon pertolongan), "Alloh menjawab": "Benar Hamba-Ku, hanya kepada-Ku ia meminta pertolongan dan kepada-Ku ia berlindung. Aku bersaksi pada kalian sungguh Aku akan menolongnya di dalam urusannya dan memudahkan dalam kesulitannya dan Aku menolongnya ketika ia berada di hari yang mencekam". 

“Shiroothol-ladziina an 'amta 'alaihim, Ghoiril-magh-dluu bi 'alaihim wa ladl-dloo-l-liin” (Tunjukilah kami jalan yang lurus, (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat), "Allah menjawab": "Semua permohonan hamba-hamba-Ku (akan Ku-penuhi). Dan baginya segala yang dia minta dan Aku pasti mengabulkan seluruh cita-citanya dan Aku lindungi dia dari segala yang dia takuti". 

Surat Al-Fatihah juga mengandung obat hati dan badan. Ibnu Qoyyim rahimahulah berkata, “Adapun terkait obat bagi hati, maka sungguh surat ini memiliki kandungan tersebut. Karena penyakit hati berkisar pada dua sumber. Rusaknya ilmu dan rusaknya niat yang berdampak pada dua penyakit mematikan yaitu kesesatan dan kemarahan. Kesesatan adalah dampak dari rusaknya ilmu. Sementara kemarahan adalah dampak dari rusaknya niat. Keduanya termasuk unsur pokok semua penyakit hati. Petunjuk ke jalan yang lurus mengandung obat dari penyakit kesesatan. Oleh karena itu, permohonan petunjuk termasuk doa wajib bagi setiap hamba dan harus dilakukan setiap hari pada setiap shalat. Karena kebutuhan terhadap hidayah yang diinginkan sangat urgen sekali dan tidak dapat digantikan posisinya oleh permintaan yang lain. Sehingga realisasi dari ‘Hanya kepada-Mu kami menyembah dan hanya kepada-Mu kami memohon pertolongan’ termasuk ilmu, pengetahuan, amal dan berbagai keadaan yang mengandung obat dari penyakit kerusakan hati dan niat.”(Madarijus salikin, 1/52-55)

Adapun yang menyatakan bahwa surat ini obat fisik adalah dengan perkataan Ibnu Qoyyim rahimahullah sebagai berikut, “Fatihatul kitab, Ummul Qur’an, As-Sab’ul Matsani, kesembuhan total, obat yang bermanfaat, ruqyah sempurna, kunci kekayaan dan kemenangan, penjaga kekuatan, menghilangkan sedih, gundah, ketakutan, kesedihan,  bagi orang yang mengetahui kemuliaannya dan memberikan haknya serta menempatkan dengan tepat dalam mengobati suatu penyakit, mengetahui bagaimana cara kesembuhan dan mengetahui rahasia yang terkandung di dalamnya."
Maka ketika sebagian shahabat mendapatkan kenyataan tersebut, mereka menjadikannya sebagai ruqyah dengannya dan langsung sembuh. Maka Nabi sallallahu’alaihi wa sallam mengatakan kepadanya, “Dari mana kalian tahu bahwa itu adalah ruqyah.”

Meskipun pendek, surat ini memuat tiga macam tauhid, tauhid Rububiyah, tauhid Uluhiyah dan tauhid Asma’ was sifat. Seseorang yang mendapatkan taufiq dengan cahaya pengetahuan, hingga mendapatkan rahasia surat ini dan kandungan di dalamnya berupa tauhid, mengenal Dzat, nama, sifat dan perbuatan Allah, lalu meyakini syariat agama, takdir dan kebangkitan. Juga mengkhususkan tauhid Rububiyah dan Uluhiyyah, bertawakkal secara sempurna dan berserah diri secara penuh kepada Yang mempunyai semua urusan dan mempunyai semua pujian. Meyakini bahwa di tangan-Nya semua kebaikan, dan semua urusan dikembalian kepada-Nya.

Wallahu’alam Bishowab

(PW)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar