Sumber : nairobikenya.com
QS An Nahl ayat 125
ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ
وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ
Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah
dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik…” (QS
An-Nahl: 125)
Sahabat Tasqut yang dirahmati Allah SWT, pernahkan
terpikirkan oleh kita jika ayat ke 125 dari Surat An Nahl tersebut bisa menjadi
wasilah bagi lebih dari 6.000.000 (enam juta) orang dari suku Zolo dan suku –
suku lainnya di benua Afrika (Kenya , Sudan bagian Selatan, Uganda serta
negara-negara sekitarnya ) untuk mengikrarkan kalimat syahadat dan menjadi
seorang muslim?
Ya, ini adalah kisah nyata seorang Yahudi yang bernama Jad,
saat usianya 24 Tahun, ia memperoleh petunjuk untuk menjadi seorang muslim
melalui wasiat yang ditinggalkan tetangganya, Ibrahim, sebelum ia meninggal
pada usia 67 Tahun. Ibrahim seorang muslim Turki yang bekerja di toko makanan
dekat apartemen tempat Jad dan keluarganya tinggal.
Selama 17 tahun kedekatannya bersama Jad, Ibrahim tidak
pernah sekalipun mengajarinya tentang agama, tentang Islam ataupun tentang
Yahudi. Seorang tua muslim sederhana itu tak pernah mengajaknya diskusi masalah
agama. Akan tetapi ia tahu bagaimana menuntun hati seorang anak kecil agar
terikat dengan akhlak Al-Qur’an.
Jad kemudian merubah namanya menjadi Jadullah Al-Qur’ani,
seorang muslim sejati, da’i hakiki yang menghabiskan umur 30 tahun sejak
keislamannya untuk berdakwah di negara-negara Afrika yang gersang dan berhasil
mengislamkan jutaan orang.
Awal Pertemuan Jad
dan Ibrahim
Perancis sekitar lima puluh tahun yang lau, Ibrahim menjual
makanan di toko yang terletak di sebuah apartemen.
Apartemen dimana Jad, seorang Yahudi yang kala itu berusia 7 tahun tinggal bersama
keluarganya.
Jad, hampir setiap hari mendatangi toko makanan tempat
Ibrahim bekerja . Jad selalu mengambil sepotong cokelat di toko itu tanpa
seijin Ibrahim. Jad mengira Ibrahim tidak menyadari kebiasaanya tersebut. Hingga suatu hari, Ibrahim memanggilnya dan
memberitahu kalau Jad lupa mengambil sepotong cokelat seperti biasanya. Jad pun
terkejut, karena menyadari bahwa Ibrahim mengetahui kebiasaannya selama ini. Ia
merasa takut Ibrahim akan melaporkan kejadian tersebut kepada orangtuannya. Jad pun meminta maaf kepada Ibrahim atas
perbuatannya.
Ibrahim berkata : “ Tidak mengapa, yang penting kamu
berjanji untuk tidak mengambil sesuatu tanpa izin, dan setiap saat kamu keluar
dari sini, ambillah sepotong cokelat, itu adalah milikmu!”
Jad mengiyakan dengan penuh kegirangan atas perkataan
Ibrahim tersebut.
Seiring berjalannya waktu, kedekatan Ibrahim dan Jad
layaknya seorang ayah dan teman akrab. Jad seringkali mendatangi Ibrahim untuk
meminta nasehat setiap kali menghadapi masalah. Setiap kali itu pula Jad memberikan nasehat
dan solusi dari permasalahan Jad melalui buku miliknya. Ibrahim mengambil buku
itu dari laci, lalu memberikannya pada Jad untuk kemudian dibacakan dua lembar
dari isi buku tersebut.
Seperti itulah keseharian Ibrahim yang seorang Muslim Turki
yang tua dan tidak berpendidikan tinggi bersama Jad selama 14 tahun. Jad pun
telah menjadi seorang pemuda gagah berusia 24 tahun, sedangkan Ibrahim berumur
67 tahun.
Meninggalnya Ibrahim
dan Buku Wasiat untuk Jad
Ibrahim, teman akrab Jad pun akhirnya meninggal. Sebelum
meninggal, Ibrahim memberikan wasiat
kepada anak-anaknya agar memberikan sebuah
kotak kepada Jad. Kotak tersebut tak lain
berisi buku yang selalu ia bacakan kepada Jad setiap kali Jad meminta nasehat
atas permasalahannya. Kotak itu pun menjadi hadiah terakhir dari Ibrahim untuk
Jad, seorang pemudi Yahudi.
Jad merasa sedih dan tergoncak ketika mengetahui bahwa
Ibrahim sudah meninggal. Ia merasa kehilangan satu-satunya teman sejati baginya. Setiap kali Jad dihadapkan dengan masalah, Jad selalu
teringat Ibrahim. Jad selalu mengambil buku di
dalam kotak yang ditinggalkan Ibrahim namun karena buku itu bertulisakan
bahasa Arab, ia pun tak bisa membacanya.
Jad pun akhirnya meminta pertolongan
pada temannya yang berkebangsaan Tunisia untuk membacakan dua lembar dari kitab
tersebut, sama persis seperti kebiasaan yang sering dilakukan Ibrahim semasa ia
hidup jika Jad datang untuk berkonsultasi.
Jad pun merasa terkejut, kemudian ia bertanya dengan rasa penuh penasaran, “Buku
apa ini !?”
Temannya menjawab :
“Ini adalah Al-Qur’an, kitab sucinya orang Islam!”
Jad merasa kurang percaya, sekaligus merasa takjub,
Jad pun bertanya lagi : “Bagaimana caranya menjadi seorang
muslim?”
Temannya menjawab : “Mengucapkan syahadat dan mengikuti
syariat!”
Setelah hari itu, tanpa ada rasa ragu, Jad mengucapkan Syahadat. Ia pun kini memeluk agama Islam.
Jalan Dakwah Yang
Penuh Hikmah dan pelajaran yang baik
Setelah menjadi seorang muslim, Jad mengganti namanya
menjadi Jadullah Al-Qur’ani sebagai rasa takdzim atas kitab Al-Qur’an yang
begitu istimewa dan mampu menjawab seluruh problema hidupnya selama ini. Jadullah
Al-Qur’ani pun memutuskan untuk menghabiskan sisa hidupnya untuk mengabdi
menyebarkan ajaran Al-Qur’an. Jadullah memulainya dengan mempelajari Al-Qur’an sekaligus
memahami isinya. Lalu ia pun melanjutkan dengan berdakwah di Eropa hingga mengislamkan
enam ribu Yahudi dan Nasrani.
Suatu hari, Jadullah membuka lembaran-lembaran Al-Qur’an yang menjadi hadiah terakhir dari Ibrahim. Ia
mendapati sebuah lembaran bergambarkan peta dunia pada salah satu lembarannya. Saat
matanya tertuju pada gambar peta benua afrika, terlihat tanda tangan Ibrahim yang tertera di atasnya dan dibawah tanda
tangan itu tertulis ayat ke 125 dari QS An Nahl :
ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ
وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ
Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah
dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik…” (QS
An-Nahl: 125)
Jadullah merasa yakin bahwa ini adalah wasiat dari Ibrahim
dan ia memutuskan untuk melaksanakan wasiat tersebut. Kemudian Jadullah
meninggalkan Eropa untuk berdakwah menuju negara-negara Afrika yang diantaranya
adalah Kenya, Sudan bagian selatan, Uganda serta negara-negara sekitarnya.
Jadullah berhasil mengislamkan lebih dari 6.000.000 orang dari suku Zolo. Ini
baru satu suku, belum termasuk dengan suku-suku lainnya.
Akhir Hayat Jadullah
Jadullah meninggal pada tahun 2003 pada umur 54 tahun. Beliau
meninggal ketika dalam masa-masa berdakwah.
Ibu Jadullah
Al-Qur’ani memeluk Islam
Ibu Jadullah Al-Qur’ani merupakan seorang wanita Yahudi yang
fanatik. Ia berprofesi sebagai dosen di
salah satu perguruan tinggi. Ibunya baru memeluk Islam pada tahun 2005, dua
tahun sepeninggal Jadullah yaitu saat berumur 70 tahun.
Ibunya bercerita jika ia menghabiskan waktu selama 30 tahun
berusaha sekuat tenaga untuk mengembalikan
putranya agar kembali menjadi Yahudi. Usahanya
itu dilakukan dengan berbagai cara, akan tetapi ia tidak dapat mempengaruhi
putranya. Sedangkan Ibrahim, seorang Muslim Turki tua yang tidak berpendidikan tinggi, mampu
melunakkan hatinya untuk memeluk Islam.
Ibu Jadullah pun mempertanyakan keherananya : “Mengapa anaknya
Jad memilih untuk memeluk Islam?”
Jadullah Al-Qur’ani menjelaskan pada ibunya bahwa Ibrahim
yang ia kenal selama 17 tahun tidak pernah memanggilnya dengan kata-kata: “Hai
orang kafir!” atau “Hai Yahudi!” bahkan Ibrahim tidak pernah untuk sekedar
berucap: “Masuklah agama islam!”
Hikmah dari Kisah Jadullah
Al Qurani – Dakwah dengan hikmah dan pelajaran yang baik
Rasulullah SAW adalah
sebaik baiknya teladan bagi
manusia. Dalam berdakwah,
Rasul SAW senantiasa
mengajak umatnya dengan cara yang lembut, sopan, bijaksana, penuh
kasih sayang, dan penuh keteladanan. Sebab,
sejatinya dakwah adalah
menyeru dan mengajak
umat manusia untuk
menjadi lebih baik.
Bukan menakut-nakuti mereka
dengan berbagai macam ancaman ataupun intimidasi. Dalam
Al Qur an, Allah SWT
memberikan tuntunan berdakwah
dengan tiga cara,
yakni bil hikmah, mau’izhotil hasanah
wa jaadilhum billati hiya ahsan (dengan hikmah
dan pelajaran yang
baik dan bantahlah
mereka dengan cara
yang baik)
Disadur dari karangan Penulis: Mustamid, seorang mahasiswa
Program Licence Universiti Al-Azhar Kairo Konsentrasi Hukum Islam.
Pautan 1 :Arrahmah.Com Disadur oleh :
- Tuntas Terjemah Al Quran-
(ND)