Sejauh mana kesanggupanmu?

Tuntas Terjemah Al Quran - (draft)
Bismillahirrahmanirrahim
Assalamu 'alaykum warahmatullahi wabarakatuh.
Sahabat Tasqut yang Insya ALLAH senantiasa diridhoi ALLAH SWT :)

Apa kabar iman hari ini? Masihkah tujuannya hanya satu, hanya pada ALLAH?
Sejauh mana kita sudah berusaha untuk taat pada ALLAH? Sudah maksimalkah?
Sejauh mana kesanggupan kita untuk berusaha menjadi abdillah yang sesungguhnya?

(16). فَاتَّقُوا الَّهَ مَا اسْتَطَعْتُمْ وَاسْمَعُوا وَأَطِيعُوا وَأَنْفِقُوا خَيْرًا لِأَنْفُسِكُمْ ۗوَمَنْ يُوقَ شُحَّ نَفْسِهِ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
"Maka bertakwalah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu dan dengarlah serta ta`atlah; dan nafkahkanlah nafkah yang baik untuk dirimu. Dan barangsiapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya maka mereka itulah orang-orang yang beruntung." (Q.S. At-Taghabun (64); 16)


Dalam Al Qur'an, kata Masthatho'tum terdapat dalam surat At-Taghabun ayat 16 di korelasikan dengan kata taqwa. Yang artinya ialah "Maka Bertaqwalah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu (semampunya)"

Mastatho'tum berarti sesuai kesanggupan atau semampunya, atau bisa di artikan  bahwa kita diperintahkan oleh Allah Ta'ala untuk berTaqwa berdasarkan kesanggupan kita atau semampunya. Tapi, sejauh mana kesanggupan/kemampuan yang dimaksud?

Kebanyakan kita membuat standar 'target kesanggupan' yang begitu lemah dan rendah.
Misalkan :
- Saya hanya bisa membaca 3 halaman Al-Qur'an dalam sehari
- Saya hanya mampu menghafal surah-surah pendek saja
- Saya biasanya hanya mampu ...


Kita membuat standar kesanggupan yang secara tidak sadar menjadi batasan diri yang ternyata sudah banyak orang yang mampu melampauinya. Padahal kemampuan kita mungkin saja berkali-kali lipat lebih tinggi daripada standar itu sendiri.

"Jika kau telah berada di jalan Allah, melesatlah dengan kencang. jika sulit, maka tetaplah berlari meski kecil langkahmu. bila engkau lelah, berjalanlah menghela lapang, dan bila semua itu tak mampu kau lakukan, tetaplah maju meski terus merangkak, dan jangan pernah sekalipun berbalik ke belakang.” (Imam Syafi’i)

Ada sebuah kisah hikmah tentang batas ukuran kesanggupan manusia, semoga kita bisa mengambil ibroh darinya. Berikut kisahnya:

Abdullah Al Azzam, atau lebih dikenal dengan nama Syekh Azzam, seorang syekh teladan yang sangat disegani dan dihormati oleh para muridnya.
Pada suatu saat beliau ditanya oleh muridnya,
“Ya syekh, apa yang dimaksud dengan mastatho’tum”?
Sang Syekh-pun membawa muridnya ke sebuah lapangan.
Meminta semua muridnya berlari sekuat tenaga, mengelilingi lapangan.
Setelah semua muridnya menyerah, dan menepi ke pinggir lapangan.
Sang Syekh-pun tak mau kalah. Beliau berlari mengelilingi lapangan hingga membuat semua muridnya keheranan. Hingga pada akhirnya beliau jatuh pingsan, dan tak sadarkan diri.
Setelah beliau siuman dan terbangun, muridnya bertanya,
“Syekh, apa yang hendak engkau ajarkan kepada kami?”.
“Muridku, Inilah yang dinamakan titik mastatho’tum! Titik di mana saat kita berusaha semaksimal tenaga sampai Allah sendiri yang menghentikan perjuangan kita (bukan, bukan kita yang berhenti)”, Jawab Sang Syekh dengan mantap!

Mari berlindung kepada ALLAH dari malas dan lemah azzam.
Adapun doa yang di ajarkan oleh Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam agar terhindar dari sifat malas, yaitu:


Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam senantiasa membaca do’a ini :
اللَّهُمَّ إِنِّى أَعُوذُ بِكَ مِنَ الْعَجْزِ وَالْكَسَلِ وَالْجُبْنِ وَالْهَرَمِ وَالْبُخْلِ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ
“Allahumma inni a’udzu bika minal ‘ajzi, wal kasali, wal jubni, wal haromi, wal bukhl. Wa a’udzu bika min ‘adzabil qobri wa min fitnatil mahyaa wal mamaat.
Artinya :
(Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kelemahan, rasa malas, rasa takut, kejelekan di waktu tua, dan sifat kikir. Dan aku juga berlindung kepada-Mu dari siksa kubur serta bencana kehidupan dan kematian).” [HR. Bukhari no. 6367 dan Muslim no. 2706]

Mari berlomba-lomba dalam kebaikan, berusaha sekuat tenaga dan sebesar-besarnya kemampuan untuk menjadi hamba yang dicintai dan dirihoiNya. Jangan sampai kita tergolong orang-orang yang tergantikan :)

"Ingatlah, kamu ini orang-orang yang diajak untuk menafkahkan (hartamu) pada jalan Allah. Maka di antara kamu ada yang kikir, dan siapa yang kikir sesungguhnya dia hanyalah kikir terhadap dirinya sendiri. Dan Allah-lah yang Maha Kaya sedangkan kamulah orang-orang yang berkehendak (kepada-Nya); dan jika kamu berpaling niscaya Dia akan mengganti (kamu) dengan kaum yang lain; dan mereka tidak akan seperti kamu ini." (Q. S. Muhammad ayat 38)

Mari menjemput limpahan karunia rahmatNYA dengan MASTATHO'TUM..!!!

Wassalam.
(AA)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar